1. ANISSA EKA SRIRAHAYU (30110882)
2. AHMAT SETIYAWAN (30110432)
3. CANDRA PERMATASARI
4. FAQIH LAZUARDI
5. IMANUEL FRANSISKUS
Peran
teknologi dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana kemajuan suatu sistem
perbankan sudah barang tentu ditopang oleh peran teknologi informasi. Semakin
berkembang dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan perbankan untuk memudahkan
pelayanan, itu berarti semakin beragam dan kompleks adopsi teknologi yang
dimiliki oleh suatu bank. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap bidang termasuk
perbankan penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional
intern perusahaan, juga bertujuan untuk semakin memudahkan pelayanan terhadap
customers. Apalagi untuk saat ini, khususnya dalam dunia perbankan hampir semua
produk yang ditawarkan kepada customers serupa, sehingga persaingan yang
terjadi dalam dunia perbankan adal ah bagaimana memberikan produk yang serba
mudah dan serba cepat.
Salah satu bank
yang paling mutakhir dengan teknologi hi-end nya adalah BCA, dimana dengan
asset teknologi mutakhir yang dimilikinya BCA mampu menjadi leader dalam hal
pelayanan e-banking. Dengan jumlah ATM terbesar yang dimilikinya, fasilitas
internet banking,dll. Padahal ukuran kecanggihan sebuah teknologi perbankan
tidak hanya dilihat dari coverage ATM-nya semata, tapi seharusnya dilihat pada
data centernya, khususnya di aplikasi core bankingnya.Memang kendala
yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah kompleks dan mahalnya teknologi
informasi, karena sebagian besar teknologi ini masih disuplay oleh
vendor-vendor luar negeri. Tetapi kita lihat sekarang, banyak vendor – vendor
pribumi yang berani bersaing dalam teknologi informasi ini. Jadi kenapa kita tidak
memakai vendor-vendor pribumi untuk menanamkan teknologi informasi tersebut
dalam dunia perbankan. Hal ini manjadi tuntutan bagi perbankan karena mau tidak
mau suatu korporasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas ditambah
dengan operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang dengan suatu
teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan kinerja tersebut.
Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang up to
date bagi pihak manajemen menengah ke atas untuk memprediksikan langkah
bisnis yang akan diambil sehingga berbagai kendala yang mungkin muncul dapat
teratasi.Sebagai contoh,
dibangunnya suatu sistem informasi Biro Kredit Nasional oleh Bank Indonesia,
hal itu dilakukan tidak lain adalah untuk mengantisipasi resiko kredit yang
mungkin muncul apabila salah seorang debitur mengajukan pinjaman di salah satu
bank padahal pinjaman di bank lain belum lunas. Hal ini dibutuhkan kesinergian
dan up to date-nya informasi antar bank sehingga hal tersebut dapat terhindarkan.Operasional
yang real time antar bank juga telah menjadi tuntutan bagi dunia
perbankan, karena hal ini menjadi salah satu materi bagi pelayanan yang
berkompetisi dalam memasarkan produk perbankan. Pengiriman uang transfer antar
bank, outlet-outlet otomasi (ATM), hal ini menjadi patokan penilaian bagi para
nasabah umumnya dalam melakukan transaksi dalam segi pelayanan. Jadi memang mau
tidak mau bisnis perbankan harus ditunjang keefisienan operasional jika ingin
bersaing di dalam dunianya, dan hal ini harus ditunjang dengan suatu sistem
yang terintegrasi yang termuat dalam suatu teknologi informasi.Penerapan suatu
teknologi informasi menuntut diantaranya sumber daya manusia yang memadai. Jika
sumber daya manusia yang ada tidak menguasai teknologi tersebut hal ini menjadi
suatu pemborosan semata, karena mahalnya teknologi yang telah dibeli jika tidak
terpakai merupakan suatu hal yang sia-sia. Oleh karena itu sebelum teknologi
tersebut diterapkan, sudah seharusnyalah kita instropeksi terhadap kemampuan
korporasi, apakah cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah sumber daya
manusianya memadai, dan apakah teknologi tersebut
mempunyai features yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Karena penerapan suatu sistem teknologi informasi merupakan salah satu
aktivitas investasi jangka panjang bagi korporasi. Hal ini sudah sepatutnya
menjadi hal yang diperhitungkan dalam dunia perbankan, sebagai lembaga
intermediasi bagi masyarakat, sudah seharusnya perbankan menjadi “pelayan” yang
setia dengan selalu merealisasikan bentuk-bentuk pelayanan dengan menggunakan
teknologi informasi.Namun masyarakat
sering salah kaprah. Internet banking sering dikatakan canggih karena
memungkinkan akses perbankan dari manapun. Padahal jika dilihat dari arsitektur
sistem perbankannya, E-Banking hanyalah salah satu channel dari banyak channel
untuk transaksi perbankan semisal EDC (electronic data capture) yang banyak
terdapat di merchant belanja. Ataupun mesin ATM itu sendiriMudahnya sebuah
sistem yang mengelola data hingga 140 juta customer base yang hanya digunakan
untuk pencatatan saja semisal KPU-Pemilu, tentunya tidak lebih canggih
dibandingkan BRI dengan 30 juta customer yang menggunakan aplikasinya untuk
menghitung kelipatan bunga dan kredit. Dan tentunya tidak berarti BRI kalah
canggih dengan aplikasi Bank Niaga yang mampu dengan akses banyak channel-nya
bila pelanggannya hanya 10juta.
Pengembangan
lokasi layanan perbankan saat ini nyaris sudah tidak mungkin, penambahan produk
baru juga tidak akan beranjak jauh dari inovasi sekitar mobile-banking dan
ekstensifikasi layanan private banking, yang semula diarahkan ke
nasabah-nasabah kelas kakap saja. Layanan financial planning yang semula sangat
terbatas, kini semakin marak dan dimungkinkan dengan terbukanya peluang untuk
memadukan produk-produk asuransi, pasar-modal dan dana-pensiun ke dalam layanan
perbankan. Teknologi yang diperlukan sifatnya menjadi sangat individual dan
tergantung pada profil dan kebutuhan masing-masing nasabah. Yang penting adalah
bahwa perkembangan saat ini menunjukkan bahwa layanan jasa-keuangan sedang
bergerak ke arah konvergensi di antara keempat jenis produk tersebut.
Lalu, bagaimana
penerapan teknologi informasi untuk kebutuhan seperti ini? Tidak mungkin
melakukan integrasi dari semua sistem aplikasi yang terkait, karena
masing-masing aplikasi hampir pasti dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan
yang berbeda. Beberapa bank tampak mengoperasikan service desk terpisah untuk
masing-masing jenis layanan jasa keuangan. Insurance desk misalnya, ada di
sudut khusus untuk jenis layanan itu. Capital market instruments relatip lebih
mudah diintegrasikan ke dalam layanan jasa perbankan, itupun kalau konfigurasi
produknya simpel-simpel saja. Pola ini primordial sifatnya dan sudah dilakukan
lebih dari 10 tahun yang lalu. Tantangannya adalah dukungan teknologi perbankan
di meja service representative yang dapat digunakan untuk memadukan semua
layanan jasa perbankan ini dan meraciknya secara individual untuk para nasabah
yang memerlukan.
Peran Teknologi Informasi
Dalam Dunia Perbankan
Peran teknologi
informasi bagi dunia perbankan sangatlah penting dan tidak akan pernah dapat
dipisahkan. Karena hampir dari setiap aspek perbankan mengandalkan teknologi
informasi. Teknologi informasi ini mencakup sebuah perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software) yang dapat berwujud sebuah komputer atau
perangkat lainnya yang digunakan dalam operasional kegiatan perbankan.
Sedangkan pegawai bank yang akan mengoperasionalkan komputer serta
perangkat-perangkat tersebut agar berjalan sesuai dengan keinginan.Kita dapat ambil
contoh sederahana salah satu dari pemanfaatan teknologi informasi yakni mesin
hitung uang yang digunakan Teller. Teknologi informasi mengenal adanya input,
proses, dan output. Di dalam mesin hitung uang sebagai inputannya adalah
sejumlah uang yang dimasukan kemudian diproses dengan melakukan penghitungan
oleh mesin sedangkan outputnya adalah sebuah angka dimana merupakan jumlah dari
lembar uang yang dimasukan. Dapat dibayangkan apabila tidak terdapat sebuah
mesin hitung uang di dalam suatu bank. Akan tetapi kendala
yang dialami oleh dunia perbankan dengan penerapan teknologi informasi ini
adalah sangat kompleks serta mahalnya teknologi informasi, karena sebagian
besar teknologi ini masih disuplay oleh vendor-vendor luar negeri. Untuk sekarang
ini mulai banyak vendor – vendor pribumi yang berani bersaing dalam teknologi
informasi ini. Hal ini manjadi tuntutan bagi perbankan karena mau tidak mau
suatu korporasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas ditambah dengan
operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang dengan suatu
teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan kinerja tersebut.
Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang up to date bagi
pihak manajemen menengah ke atas untuk memprediksikan langkah bisnis yang akan
diambil sehingga berbagai kendala yang mungkin muncul dapat teratasi.
Operasional yang real time antar bank juga telah menjadi tuntutan bagi dunia
perbankan, karena hal ini menjadi salah satu materi bagi pelayanan yang berkompetisi
dalam memasarkan produk perbankan. Pengiriman uang transfer antar bank,
outlet-outlet otomasi (ATM), hal ini menjadi patokan penilaian bagi para
nasabah umumnya dalam melakukan transaksi dalam segi pelayanan. Jadi memang mau
tidak mau bisnis perbankan harus ditunjang keefisienan operasional jika ingin
bersaing di dalam dunianya, dan hal ini harus ditunjang dengan suatu sistem
yang terintegrasi yang termuat dalam suatu teknologi informasi. Penerapan suatu
teknologi informasi menuntut diantaranya sumber daya manusia yang memadai.Jika sumber daya
manusia yang ada tidak menguasai teknologi tersebut hal ini menjadi suatu
pemborosan semata, karena mahalnya teknologi yang telah dibeli jika tidak Terpakai
merupakan suatu hal yang sia-sia. Oleh karena itu sebelum
teknologi tersebut diterapkan, sudah seharusnyalah kita instropeksi terhadap
kemampuan korporasi, apakah cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah sumber
daya manusianya memadai, dan apakah teknologi tersebut mempunyai features yang
dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena penerapan suatu sistem
teknologi informasi merupakan salah satu aktivitas investasi jangka panjang
bagi korporasi. Hal ini sudah sepatutnya menjadi hal yang diperhitungkan dalam
dunia perbankan, sebagai lembaga intermediasi bagi masyarakat, sudah seharusnya
perbankan menjadi “pelayan” yang setia dengan selalu merealisasikan
bentuk-bentuk pelayanan dengan menggunakan teknologi informasi.